723 kali dilihat, 2 kali dilihat hari ini
Depok, reportaseindonesia.id|Pondok Pesantren Salafiyah Al-Faaqih Banjaran Pucung Kota Depok pada hari Kamis 10 Agustus 2023 meluncurkan sebuah buku berjudul “Abah Sandi, Pejuang Kehidupan dari Banjaran Pucung”.
Buku ini merupakan sebuah memoar dari seorang tokoh yang pernah berjuang di Banjaran Pucung dan Tapos pada periode penghujung tahun 1960-an hingga akhir 1980-an. Buku “Abah Sandi, Pejuang Kehidupan dari Banjaran Pucung” ditulis oleh Hannoeng M. Nur, dengan memakan waktu proses penggarapan selama 3 (tiga) bulan. Secara resmi buku ini diterbitkan oleh Pesantren Salafiyah Al-Faaqih bekerja sama dengan Ladang Kata, Yogyakarta, dan telah memperoleh International Standard Book Number (ISBN) yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yang juga berafiliasidengan Badan Internasional ISBN yang berkedudukan di London, Inggeris.
Abah Dedy Rachmat Sandi dari Pondok Pesantren Salafiyah Al-Faaqih mengutarakan alasan utama di balik penerbitan buku “Abah Sandi, Pejuang Kehidupan dari Banjaran Pucung” ini adalah didorong oleh keinginannya mengabadikan semangat dan keteguhan perjuangan sosok KH. Mochammad Sandi atau Abah Sandi di bidang keagamaan dan sosial di wilayah Banjaran Pucung dan Tapos.
“Fokusnya adalah pada perjuangannya, bukan kepada sosoknya secara personal. Bahwa kemudian akan tetap tak terpisahkan antara sisi personal dan sisi perjuangannya, itu adalah sebuah kewajaran. Namun saya berusaha menghindari kesan bahwa ada pengkultusan terhadap sosok Abah Sandi pada buku ini,” kata Abah Dedy yang merupakan putera ke-6 Abah Sandi.
Secara khusus, Abah Dedy juga sangat menghargai apresiasi beberapa kalangan terhadap penerbitan buku “Abah Sandi, Pejuang Kehidupan dari Banjaran Pucung”dengan ikut menuliskan kata pengantar dan kajian atau tinjauan dari berbagai sudut pandang.
Walikota Depok KH. Mochammad Idris menuliskan pandangannya secarapolitik dan sosial kemasyarakatan, KH. Achmad Solechan, M.Si Ketua Pengurus CabangNahdlatul Ulama Kota Depok mengulas melalui sisi keagamaan, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto Dekan FISIP Universitas Indonesia memberikan catatan panjang berdasarkan pada kajian antropologi, lalu ada juga Pangeran Raja Abdulgani Natadiningrat, SE Sultan Kacirebonan IX yang melihat buku ini dari sudut pandang budaya.
“Para tokoh itu bersedia memberikan tulisan atau sumbangan pikirannya setelah terlebih dahulu meminta kepada saya isi buku secara lengkap. Oleh karena itu catatan yang diberikan oleh mereka atas buku ini adalah hasil pendalaman atas isi buku, bukan sekedar catatan yang bersifat formalitas,” ujar Abah Dedy lagi.
Sementara itu Hannoeng M. Nur yang menggarap buku “Abah Sandi, Pejuang Kehidupan dari Banjaran Pucung” ini mengungkapkan rasa bahagianya karena akhirnya buku ini bisa diterbitkan.
Hannoeng M. Nur yang juga seorang jurnalis dan sutradara film menganggap buku ini adalah kerja terberatnya di bidang penulisan.
“Ada tantangan lumayan berat, yaitu bagaimana menjadikan Abah Sandi sebagai tokoh lokal bisa secara rasional memasuki wilayah pemikiran yang universal, tanpa saya harus terjebak pada pola penokohan yang artifisial. Sebab Abah Sandi sendiri saya yakin adalah seorang tokoh yang tak pernah peduli pada penghargaan atau pencitraan baikatas apa yang diperjuangkannya,” ucap Hannoeng, yang juga menjadi salah seorang jamaah di Majelis Kobong asuhan Abah Dedy.
Selanjutnya Abah Dedy berharap buku ini bisa dibaca oleh anak-anak sekolah. Untuk itu, ia merencanakan memberikan buku ini secara cuma-cuma kepada perpustakaan di beberapa sekolah yang berada di Kota Depok.“Ada semangat juang dan kecintaan kepada agama dan masyarakat yang harus terus dijaga oleh generasi yang akan datang. Itu bekal awal untuk memasuki sebuah masa depan dengan kepribadian yang mumpuni secara relijius dan nasionalisme,” tukas Abah Dedy.
Bagi kalangan umum sendiri yang berkeinginan memiliki buku ini dapat memperolehnya melalui penjualan secara on line yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Salafiyah AlFaaqih.