Pengamat Politik: Soal Kelakar Suswono Tentang Janda, Suara PKS di Depok Bakal Menurun

reportaseindonesia.id | Pernyataan calon Wakil Gubernur Jakarta Suswono yang meminta janda kaya menikahi pria pengangguran berujung polemik. Suswono dalam keterangan tertulisnya menuturkan bahwa ia menyadari pernyataannya telah menimbulkan kegaduhan. Politikus PKS itu akhirnya meminta maaf.

Meski demikian, kelakar tersebut menuai kritik tajam dan dianggap berpotensi mengurangi dukungan terhadap calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok nomor urut 1, Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi Arafiq.

Pengamat politik Yusfitriadi menilai komentar Suswono ini dapat berdampak luas terhadap pasangan yang diusung PKS di Pilkada Depok, khususnya karena pernyataan itu menjadi sorotan negatif di masyarakat tidak terkecuali di Kota Depok.

Dalam analisisnya, Yusfitriadi menyatakan bahwa dukungan terhadap PKS, yang selama ini dianggap kuat di Kota Depok, mengalami penurunan signifikan.

“Depok yang sering disebut sebagai kota PKS, namun kini Imam Budi Hartono mulai tersaingi oleh Supian Suri, yang elektabilitasnya terus merangkak naik,” katanya, Rabu (30/10/2024).

Menurut Yusfitriadi, pernyataan Suswono dapat semakin memperlemah posisi pasangan Imam-Ririn di tengah persaingan ketat Pilkada Depok.

Lebih lanjut, Yusfitriadi memaparkan hasil survei Lembaga Studi Visi Nusantara Maju (LS Vinus) yang menunjukkan bahwa elektabilitas pasangan-pasangan calon dari PKS di beberapa wilayah, termasuk Depok, Bogor, dan Bekasi, mengalami tren penurunan. Fenomena ini, kata Yusfitriadi, tidak terlepas dari citra PKS yang kian disorot, khususnya di media sosial.

Menurutnya, ada dua faktor utama yang memengaruhi penurunan dukungan terhadap PKS. Pertama, stigma inkonsistensi yang melekat pada PKS setelah bergabung dengan kekuasaan, meski sebelumnya menyuarakan perubahan. Hal ini, lanjut Yusfitriadi, memicu gelombang kritik dari netizen yang menganggap PKS kurang berpegang teguh pada komitmen awalnya.

Keputusan PKS untuk meninggalkan Anies Baswedan dalam Pilpres 2024 dinilai memperburuk citra partai di mata pemilih rasional.

BACA JUGA :   Tingkatkan Keamanan di Wilayah Depok, Pemkot Kucurkan Dana Hibah ke Kodim 0508/Depok

“PKS dianggap tidak konsisten dalam mendukung Anies, dan ini memunculkan kekecewaan di kalangan pendukungnya yang merasa dikhianati,” kata Yusfitriadi.

Ketidakpuasan ini, imbuhnya, membuat pemilih PKS lebih rentan beralih mendukung kandidat lain.

Yusfitriadi menyoroti bahwa pernyataan Suswono semakin memperumit situasi.

“Pernyataan tentang janda kaya dan pengangguran hanya akan membuat pemilih mempertanyakan orientasi PKS terhadap isu-isu krusial,” ujarnya.

Menurutnya, komentar tersebut justru mengundang persepsi negatif, bukan hanya terhadap Suswono, tetapi juga terhadap pasangan Imam-Ririn dan PKS secara keseluruhan.

Selain itu, dalam konteks Pilkada Depok, Yusfitriadi memandang pernyataan Suswono sebagai blunder yang berpotensi besar menggerus elektabilitas Imam-Ririn.

“Pernyataan ini cenderung merendahkan laki-laki serta mendiskreditkan gender, dan sama sekali tidak relevan dengan konteks elektabilitas,” tambahnya.

Pernyataan Suswono juga dianggap berdampak pada kontestasi di wilayah-wilayah sekitar Jakarta, tempat di mana PKS berusaha mempertahankan dominasinya.

Yusfitriadi menggarisbawahi, “Dampak negatif ini tidak hanya terbatas di Jakarta, tetapi merembet ke beberapa daerah lain, termasuk Depok, di mana Imam-Ririn tengah berjuang mempertahankan dukungan, “pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

nineteen − 5 =