300 kali dilihat, 2 kali dilihat hari ini
Papua,reportaseindonesia.id |Dalam beberapa waktu belakangan ini, Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kerap mendatangi Papua. Bahkan dalam seminggu ini Hadi dan Kapolri berkantor disana.
Kekuatiran Jakarta atas semakin memburuknya kondisi di Papua paska kerusuhan terakhir yang sempat melumpuhkan Jayapura, kini berangsur hilang.
Meski masalah Papua sejatinya cenderung pada penegakkan hukum yang mengedepankan peran dan fungsi Polri, namun pemulihan keadaan tidak akan menjadi sedemikian cepat tanpa adanya peran TNI. Dalam mekanisme staf & komando yang kental di lingkup TNI, Hadi sekali lagi menunjukkan kepemimpinannya yang efektif.
Harus diakui, penyelesaian isu Papua tidak akan pernah bisa dilakukan dalam waktu singkat. Kondisi yang saat ini terjadi merupakan akumulasi dari benang ruwet yang telah berlangsung bertahun-tahun yang coba diurai oleh Pemerintahan Joko Widodo. Oleh karena itu, formulasi solusi yang digunakan, bukan hanya sektoral melainkan harus menyeluruh dan komprehensif yang memerlukan sinergitas semua elemen pemangku kepentingan.
Strategi Panglima untuk hadir disana bersama konterpart terdekatnya dalam konteks pertahanan dan keamanan negara, Kapolri – adalah bukti bahwa pilar-pilar penjaga Indonesia siap berdialog untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara ini.
Strategi Jenderal Hadi ini juga menunjukan bahwa ia sangat memahami situasi yang terjadi dan mampu mencerna nya dalam wawasan yang dimilikinya.
Dalam tataran strategis, Panglima TNI berusaha memperkecil polarisasi politik lokal dengan membangun dialog dengan para tokoh agama dan tokoh-tokoh adat di Papua. Pada tataran operasional Hadi, mensinergikan peran dan fungsi TNI-Polri yang kerap berseberangan dilapangan. Bahkan, di sisi taktis, Hadi memangkas birokrasi militer yang sering terlalu rumit, dengan hadir langsung ditengah satuan yang tengah beroperasi. Meski demikian, secara proporsional tetap memberikan ruang para komandan satuan untuk menjalankan tugasnya.
Ciri khas kehadiran Hadi sebagai Panglima TNI dilapangan, tidak menjadikannya terjebak dalam populisme murahan atau “gila kamera.” Niatnya bukan untuk mencari panggung tapi pada upaya untuk mengurai persoalan-persoalan secara manusiawi dan humanis tanpa memerlukan publikasi yang berlebihan.
Strategi ini serupa dengan yang dilakukannya saat Pemilu 2019 lalu. Penggalangan komitmen dan dialog dengan para Ulama dan Habaib yang dilakukan secara konsisten, pada akhirnya mampu menetralisir kerusuhan pada 21-22 Mei di depan Bawaslu. Bayangan ketakutan akan terjadinya kerusuhan Mei 98 yang kedua, pada akhirnya tidak terjadi.
Meski Panglima TNI saat ini bukan dari latar belakang AD, kemampuannya untuk mengkonsolidasikan elemen pertahanan dan keamanan negara ini sudah cukup terbukti.
Hadi paham bagaimana Operasi harus berjalan; mulai dari operasi penanggulangan gizi buruk, bencana alam dan bagaimana menanggulangi terorisme melalui sinergi antara operasi tempur dan penegakkan hukum. Ia bahkan berhasil membentuk Koopsus TNI – unit integratif TNI yang memberi legitimasi peran TNI dalam penanggulangan aksi terorisme.
Bebagai prestasi Panglima TNI saat ini menunjukkan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan negara saat ini. Oleh karenanya, sangat kerdil bila masih ada sementara pemikiran yang dangkal dan sempit yang mempersyaratkan pimpinan TNI hanya dapat dijabat oleh salah satu matra saja. Mungkin pemikiran semacam ini hanya berorientasi pada zona nyaman di “kejayaan semu” orde baru atau ada agenda-agenda pribadi demi memuaskan syahwat kekuasaan sesaat.
Marsekal Hadi Tjahjanto adalah karakter pemimpin TNI yang paling tepat untuk kondisi dan waktu saat ini. Bahkan untuk menangani kasus Papua sekalipun.
Sumber: Puspen TNI
Editor: Agus